Kamis, 17 Juli 2014

Masa depan dan petualangan.

Ternyata cukup lama juga tidak menulis. hehehe

kali ini aku tak akan menulis soal ekspedisi karena memang belum melakukan perjalanan sama sekali, tapi kali ini aku akan menceritakan perjalanan pertama kali ku sehingga saya bisa menjelajah lebih jauh seperti sekarang ini. siapa tau jadi referensi kalian semua saat ingin bepergian menggunakan roda dua. Memang kepada siapa lagi kita bicara saat tidak ada sama sekali yang mendengar kita. kalo enggak ke Alam bebas, Mungkin terdengar sedikit agak lebay tapi kalo kalian coba pasti minta lagi deh hehehe.

Oke langsung saja saya bercerita, awal dari semua perjalananku adalah saat lulus SMA swasta di surabaya dan dengan istilah anak sekarang sedang galau-galaunya memilih Universitas, di satu sisi ingin membahagiakan orang tua dengan jurusan pilihanya dan di sisi lain aku ingin jurusan yang aku pilih sendiri.

Dan ternyata orang tua sudah memilihkan pilihanya untuk berjuang di salah satu Universitas swasta yang namanya lumayan terkemuka di surabaya, memang bukan pilihanku untuk masuk ke jurusan itu, tapi demi menyenangkan hati orang tua, aku mengorbankan kesungguh-sungguhanku untuk ke ahlianku untuk kesungguh-sungguhan palsu demi orang tuaku. pada saat itu juga ada salah satu teman lama ku yang lama tidak bertemu mau menginap di rumahku, dia kawan SMP ku, karena kelakuanya dia pindah sekolah berkali-kali hingga akhirnya dia harus di kembalikan lagi ke pulau kelahiranya di Bali, setelah lulus SMA dia berlibur ke Surabaya untuk menemui keluarganya. Namun ternyata dia memilih untuk menginap di rumahku, iya rumah kecilku di tengah hruk pikuk kota Surabaya. kami menghabiskan hari-hari untuk membicarakan soal masa depan, dan ternyata kawanku satu ini sudah diterima di suatu institut negeri di Bali, dan kembali atas nama masa depan dengan pemikiran 2 hari 2 malam dia memtuskan untuk memilih perguruan tinggi yang sama denganku dengan jurusan yang sama juga, saya bingung antara senang dan heran, karena apakah benar itu suara hati dari buah pemikiranya atau hanya ikut-ikutan saja, namun dia meyakinkan bahwa memang dia akan bersungguh-sungguh.

Hari terus berganti teman ku ini memutuskan untuk kembali ke Bali untuk mengambil motornya untuk transportasi perjalananya kelak dia berkuliah disini, dan kamipun memutuskan mengambil motor serta sambil berlibur, bagiku ini akan menjadi liburan yang sempurna, karena terkahir ke Bali adalah saat perpisahan waktu SMP. Yang ku ingat hari itu adalah hari selasa, kami berangkat dari Sidoarjo, dari rumah kawanku ini.
Dengan menggunakan bemo kuning kami menuju terminal Bungurasih. sesampainya di Bungurasih sambil menunggu Bus yang akan kami tumpangi, kami ngopi dulu di salah satu warkop di terminal, perbincangan terjadi disini ada perbincangan yang sulit saya jawab waktu itu, yaitu mendeskripsikan kelak jadi apa jika aku masuk jurusan pilihan orangtua aku ini, karena memang kami bukan pemuda pintar, kami hanya seorang pemimpi yang hanya akan melanjutkan mimpinya.

Tak lama kemudian kami berangkat menuju bus, dengan tawar menawar yang cukup alot akhirnya kami mendapatkan harga terbaik untuk naik bus. kami memang waktu itu seorang backpacker yang benar-benar pas-pasan. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore artinya bus akan di berangkatkan, nah dari sinilah perjalanan dimulai, 11 jam kami dalam bis, tepat pukul 6 pagi waktu setempat kami sampai di terminal Ubung, Denpasar. dan bapak dari kawan saya ini sudah menjemput di terminal.
Karena hanya bawa satu motor kawan saya ikut bapaknya untuk mengambil motor lagi, dan tak lama kemudian teman saya kembali dengan motornya yang akan nanti di bawa kembali di Surabaya.

Wow motornya adalah motor keren pada masa itu sekitar tahun 2010 yaitu Suzuki Satria FU, aku senang sekali pada waktu itu karena akan mengeksplore Pulau Dewata lebih luas, dan pada saat itu kami memutuskan untuk muter-muter kota Denpasar, tanpa memikirkan rasa capek dan penat.

tak terasa kami sudah hampir 4 jam muter-muter kota Denpasar yang pada akhirnya kami memutuskan untuk istirahat, yg berupa kos-kosan bapak dari kawanku ini, yang lokasinya tidak jauh dari pantai Kuta. Matahari hampir terbenam kami memutuskan untuk ke Pantai Kuta untuk cuci mata dan sekedar melihat Matahari terbenam.


Pantai Kuta 
Hampir setiap sore kami ke Pantai Kuta hanya sekedar minum kopi dan menikmati Matahari tenggelam. Waktu semakin berlalu tapi uang semakin menipis pada akhirnya kami memutuskan untuk ke sebuah Desa di lereng Gunung Agung yang adalah rumah saudara kawanku ini untuk nebeng soal perut. kami berangkat dari Denpasar menggunakan Satria FU, rute kami adalah adalah Denpasar-Gianyar-Klungkung-Ubud-Bukit jambul-Lokasi. Disini masih termasuk kabupaten Karangasem kecamatan Amlapura. perjalanan menuju kesana sangat indah, sangat asri dan menghilangkan penat, sepertinya akan asik jika bermimpi disini. Dengan kecepatan standar kami menikmati setiap meter roda kami menapak aspal. pemandangan yang keren sekali ini membuatku bersyukur masih bisa melihat, merasakan dan menikmati alam yang seindah ini.


Bukit Jambul Bali. (PERHATIAN JANGAN MELIHAT MODELNYA)
Semua bisa dilihat disini, mau lihat hamparan sawah yang hijau dari atas gunung? ada. Mau liat lebih jauh? kita bisa melihat laut? juga ada, mau lihat bule pake bikini? ada, tapi kumisan.....(enggak-enggak cuman bercanda). inilah perjalanan pertama saya yang biasa disebut orang awam touring, karena sebelum-sebelumnya kami hanya melakukan perjalanan yang gak lebih 100 Km dan keindahan itu-itu saja, maka kami menganggap ini sangat amazing. kemudian tak sampai satu jam kami telah sampai di rumah kawan ku ini, sambutan baik keluarganya menggambarkan keramahan Bali, jauh dari hingar bingar kota Denpasar, layaknya Desa-desa di Indonesia, sepi namun asri dan benar-benar memberikan ketenangan, namun yang namanya Bali, mereka masih menjaga kebudayaanya. layaknya sebuah film dengan backsoundnya, saat sore kita bisa mendengarkan lantunan gamelan bali mengiringi sebuah obrolan. menurut saya disni adalah benar-benar Bali.
Waktu semakin sore kamipun memutuskan mandi ke sungai, yang katanya orang sana adalah sangat bagus untuk kesehatan, karena pertemuan tiga sungai menyatu mengalir di sungai tersebut.


Jalan menuju sungai.
Melewati pematang sawah sebagai akses utama menuju sungai tersebut, hati saya was-was karena memarkir motor seenaknya di pinggir jalan, pikiran saya hanya takut hilang. Tapi teman saya meyainkan bahwa Bali adalah pulau yang aman. dan kamipun melanjutkan perjalanan ke sungai.

Sungainya 
Benar-benar bening dan Asli, jarang sekali terjamah manusia selain warga sini yang sangat dikit sekali. benar-benar sepert ethnic run away. hehehe
setelah itu kamipun bercengkrama di hotel atau bisa di bilang INN milik kakek kawanku ini, di sebuah gazebo yang bener-bener suasananya tenang banget dengan tidak lupa backsound Gamelan Bali.
Tak terasa sudah hampir satu minggu kami Desa itu, dan kami memutuskan kembali ke Denpasar untuk mempersiapkan kembali ke Surabaya.
Sampai Denpasar kami melakukan aktifitas seperti biasanya. sore hari kita menghabiskan waktu di pantai Kuta untuk menikmati segelas Kopi dan Sebatang Rokok sambil melihat senja di antara bule-bule pake bikini.... (Kali ini gak kumisan).


Senja di pantai Kuta.

Bersamaan dengan tenggelamnya Matahari maka berakhirlah sudah liburan kali ini, kamipun menghabiskan malam di legian dengan minuman khas dari bali, yaitu arak bali.
Groundzero Legian Bali.
Esoknya kami packing dan menikmati sore di Sanur untuk menikmati hari terakhir di Pulau Dewata dan memikirkan jalur esok hari yang belum tentu kita tahu jalan pulang. Hari akan pulang telah tiba kita menggunakan Satria FU untuk kembali ke Surabaya, sebelum pulang motor kawanku di kasih tirta (memberikan cipratan air dengan do'a) dan kamipun berangkat dari Denpasar tepat pukul 8 WITA, mau tidak mau kami harus menikmati perjalanan kami, karena ini memang misinya ambil motor. Dari sini lah jiwa petualangku terbentuk, melalui sebuah perjalanan singkat namun berarti dan bernilai. Terpaksa pake motor sih, tapi disini aku ngrt asiknya menjlajahi menggunakan roda dua, kita bisa melihat dan mengeksplorasi sekitar lebih banyak, dengan melihat lebih banyak dan berbuat lebih banyak. Perjalanan menggunakan motor dari Denpasar ke Surabaya adalah tonggak sejarah mengapa saya memilih roda dua sebagai media untuk mengeksplorasi indonesia ini.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH.