Minggu, 23 November 2014

Love and Ride

Pada hari Rabu lalu gue berpikir, pengen rasa nya riding tapi ntah kemana, akhirnya gue memutuskan untuk riding saja kemanapun hati ingin menuju. dan siang itu juga gue jemput pacar gue yang tinggal searah ke arah yang ingin gue tuju. dan akhirnya gue brangkat dari rumah pacar gue menuju ke arah Trawas melalui jalur Tretes pandaan, dan ambil kanan jalur di antara pertigaan patung Bima di Tretes. Seperti biasa gue selalu mengabadikan moment setiap perjalanan, karena bagiku setiap kilometer adalah sebuah cerita yang mungkin kelak  bisa diceritakan ke anak-cucu gue hehehe.

Belalang tempur dan pacar gue.

Setelah puas berfoto gue kembali naik ke jalur Trawas, dimana ini adalah pengalaman pertama pacar  melalui jalur ini dengan gue, setelah naik kami tengok kanan-kiri banyak pohon cemara hehehe
udah kayak lagu anak TK. nah disetiap menemukan spot yang sangat bagus, gue selalu berhenti dan mengabadikan setiap moment dengan kombinasi Alam yang sangat indah.
Nah indahkan ciptaanya 
Sambil terus melakukan perjalanan, gue selalu mencari spot bagus untuk berfoto dengan si belalang tempur, agar gak cemburu, masak bini pertama gak di foto sih hehe
Si belalang tempur
Setelah itu kami berhenti berfoto sampai kami menemnukan jalan yang tidak umum di lewati sehingga memacu adrenalin gue untuk kesasar hehe
karena jalan umum adalah bagiku hal yang biasa, biarkan kita mencoba sesuatu yang baru, betul tidak adventurider? hehehe

Sedikit gambar di kebun jagung.

ya jalur yang gue lewati

nah kali ini mah narsis aja hehe

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pulang dengan memutar melalui mojosari dan tembus japanan, sebenarnya gue lupa jalur ini karena udah sekian tahun tak lewat jalan ini, kareana saking banyaknya menemukan jalan tembus sampai gue lupa jalur yang umum di lewati, jalur ini adalah jalur penghubung kota pasuruan dengan mojosari, bagus juga pemandanganya tapi banyak kendaraan-kendaraan besar yang asap hitamnya membuat polusi. dengan rasa was-was gue terus memacu si belalang tempur, karena takut kesasar balik ke Trawas, hehehe
eh ternyata tembus Gempol dan dekat dengan tanggulangin sehingga gue semakin deket buat nanter si Pacar yang tinggal di tanggulangin. dan begitu sampai di tanggulangin kita memakan dua mangkok cireng dan es jeruk. nah sekian dulu cerita gue kali ini, mungkin Desember nanti akan ada cerita sebuah ekspedisi baru lagi untuk di baca. Terima Kasih dan Salam Adventure..........




Minggu, 26 Oktober 2014

Komunitas dan petualangan

Salam Adventurer!!!

Wah sudah lama nih gak nulis sama sekali, ya maklum saja karena berbagai kesibukan, aku gak banyak melakukan perjalanan tapi sebenernya ada sih perjalanan berkelompok. yang pertama adalah acara Kopdargab Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa brand motor India-ku, yaitu pulsar, yang diadakan hari sabtu di Wisata Pantai Watu Dodol Banyuwangi.

Aku memutuskan untuk berangkat hari jum'at menuju kota Probolinggo untuk menginap di saudara seperguruan dunia motor India, sehari setelah menginap kami berangkat sabtu Sore menuju Watu Dodol, dan sampai sekitar jam 8 malem, dimana aku riding di temani teman dari berbagai komunitas, rame deh pokoknya, biar sekali-sekali gak riding sendiri hehehe.....

Acara berlangsung seperti biasa, layaknya acara menjalin silahturahmi sesama penunggang Pulsar saja.

Nah kemudian kami setelah ramah-tamah dan temu kangen dengan saudara-saudara sesama penunggang Pulsar maka kami lanjutkan ngopi di sekitaran Ketapang, bersama BBC Bali, BBM Malang, RPC Probolinggo dan P1CS Surabaya. hingga waktu menunjukkan jam 1 pagi kami bertolak pulang melewati jalur Pantura dan memutuskan untuk istirahat di seitaran pinggir pantai di daerah Situbondo.
Hingga waktu fajar tiba.

Mataharipun mulai menyingsing dan akan menampilkan sinarnya, sebagian dari kami pun terbangun untuk menikmati momen ini dan biasanya sih langsung foto-foto hehehe....

Sembari menyruput kopi kami menikmati terbitnya Matahari, rasanya indah banget dan bersyukur, bayangin aja anda bangun langsung di sambut Matahari yang terbit langsung di ujung laut (gak tau deh mana ujungnya laut hehehehe....)
Menikmati Hidup.
Nah setelah ini kami pulang menuju kota masing-masing adventurer....

Cerita kedua adalah ketika saya berkunjung ke pantai Goa Cina di Malang, yang diadakan Sabtu minggu lalu, acara internal komunitas sih sebenernya, namun saya berencana untuk berangkat pada hari jum'atnya namun tidak ada hasrat untuk berangkat, akhirnya aku memutuskan untuk berangkat Sabtu pagi, rencananya sih mau lebih pagi dari kloter 1 yang berangkat pukul 09.00 waktu Indonesia bagian surabaya dan sekitarnya, namun karena begadang akhirnya saya memutuskan untuk tidur saja, dan berangkat sebangunnya hehehe....

yang pada akhirnya bangun jam setengah sebelas siang hehehe.... 
Dengan segala persiapan akhirnya aku berangkat sendiri jam setengah satu dari Surabaya, dan rencananya menikmati setiap kilometers yang akan di lewati, tapi ternyata macet  dan panasmembuat sulit untukku menikmati perjalanan, yang pada akhirnya saya berhenti di sekitar Blimbing Malang, cukup lama aku berhenti karena lapar dan coba setting GPS untuk langsung ke Gua Cina. dan dengan mudah aku menemukan koordinatnya, maka aku beranjak dan melanjutkan perjalanan lagi yang kira-kira kurang 100 Km lagi.

Satu jam berlalu ternyata cukup jauh juga untuk menuju Selatan dari Kabupaten Malang ini. aku putuskan berhrnti saja dan makan mie rebus sambil tanya jalan kepada warga setempat, kalo gak salah di Desa Druju. Sembari cerita warga setempat menjelaskan bahwa perjalanan akan memakan waktu satu jam lagi, sudah jalan sejauh ini ternyata masih jauh, dan ternyata GPS saya tadi mengambil jalur terpendek dan Makadam, sehingga tenaga saya terkuras di situ dan terasa sangat jauh. tapi tetep secapek apapun harus tetep selfie hehehehe......
di Desa Druju.
Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan Tanpa gadget tapi masih menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) setelah tanya-tanya akhirnya sampai juga pada Pantai Goa Cina dan bergabung bersama kawan-kawan disana yang sudah lebih dulu datang dan mendirikan tenda.

akhirnya jam setengah dua belas kloter 2 datang, sekitar sekarang total 29 Motor. ya cukup banyak untuk sebuah acara komuitas, dan setelah istirahat dan pagi menjelang komunitas ada acara penyematan nomor lambung bagi anggota baru. ohh iya seperti ini lah lokasi nya.....
Nah ini dia kamar hotel Rp. 0 ,- 
Dimana peserta penyematan di suruh mencari nomer lambungnya sendiri di sekitaran Pantai, dan setelah semua peserta baru menemukann nomernya, maka kami merapikan kembali hotel kita dan menata kembali motor kita di pinggir pantai.

Saya dengan ketua komunitas.

dan akhirnya pukul dua belas siang kami sudah meninggalkan pantai tanpa meninggalkan sampah. dan sukurlah sampai kegiatan ini berakhir tidak ada kendala berarti.

Nah untuk kali ini saya cerita soal kebersamaan, karena tulisan-tulisan saya seolah berpetualang sendiri, nah kali ini asiknya rame-rame hehehe....

Oke sampai jumpa di tulisan saya yang lain.
Salam adventurer.




Rabu, 13 Agustus 2014

Baluran National Park

Apa kabar sahabat petualang!!

Hari ini saya akan menceritakan pengalaman bermain-main di daerah konservasi alam di daerah Situbondo, yaitu Taman Nasional Baluran, yang biasa orang menyebut Alas Baluran. tempat dimana miniatur bentuk alam Afrika bisa dinikmati disini. ya untuk petualang pemula seperti saya ini sudah sungguh mengaggumkan, apalagi di tambah lagi kita dapat melihat hewan-hewan hidup bebas di sini. 

Berangkat dari Surabaya pada pukul 9 malam, kami berkumpul di rumah saya, kali ini saya membawa banyak kawan, bukan hanya kalangan pecinta alam saja namun juga kalangan "Anak Gunung" dan Anak pecinta musik  Metal. kami berangkat dengan 6 motor dari lokasi untuk bergabung dengan kawan kami yang menunggu di pom SPBU Jenggolo Sidoarjo, hampir sampai pom bensin hujan pun akhirnya turun dan kamipun berteduh di salah satu pos Polisi daerah setempat untuk menunggu hujan reda. Setengah jam berlalu dan hujan pun sedikit reda kamipun menuju SPBU Jenggolo dan menemui kawan kami yang telah menunggu, disini kami mendapat tambahan 2 motor sehingga total ada 8 motor 14 orang, dan langsung menuju kota Probolinggo untuk pemberhentian pertama, kami berhenti di Indomaret kota Probolinggo, untuk membeli air, roti dan kopi untyuk menghilangkan kantuk.


Ngopi dulu biar melek
Digambar ini adalah 2 kawan saya dari komunitas untuk ikut berpartisipasi dalam perjalanan ini, selain itu ada juga kawan dari adek saya.

Nah pesen kopinya di warung namun minumnya di indomaret.



 Dan ada kawan rumah juga yang punya ide perjalanan ini diantara kebuntuan akan kemana liburan kali ini.



Dengan gaya yang feminim tapi tetep hati serigala hindustan.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Paiton untuk sekedar melihat keindahan pembangkit listrik se-Jawa-Bali itu, sekitar satu jam dari kota Probolinggo menuju Paiton. Sesampai Paiton kami kembali menikmati kopi dan makanan untuk mengisi energi kami, dan tidak lupa narsis juga disini untuk menambah dokumentasi kami. 

ya walaupun gambar agak gak jelas yang penting narsis. hehehe

Walaupun saya lewat sini berkali-kali saat akan melakukan perjalanan ke bali namun baru kali ini saya berfoto berpanorama pembangkit listrik Jawa-Bali ini. dari sini teman kami atau teman satu komunitas saya memutuskan untuk pulang karena ada keperluan. nah disini berkurang satu motor untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi kami, yaitu Taman Nasional Baluran. Sekitar pukul setengah 4 kami melanjutkan perjalanan, sambil menikmati terbitnya Matahari yang mengiringi perjalanan kami. Rasa lelah, kantuk dan hilang semangat mulai terasa disini, kami memutuskan istirahat sejenak di SPBU sekitaran Situbondo, untuk meluruskan kaki atau sekedar cuci muka. Kali ini saya sangat menikmati perjalanan arah timur melalui pantura ini, biasanya jika melewati jalur ini saya terlalu cepat memacu gas dan tidak menikmati setiap kilometernya (ehehehe belagak pujangga). Sekitar pukul 8.30 WIB kami sampai pintu masuk Taman Nasional Baluran, dan kami membeli tiket disini sembari sarapan, sambil melepas lelah diantara semilir angin di bawah pohon. Sambil menunggu sarapan datang, ada juga yang membetulkan kendaraan-kendaraan yang bermasalah dan membeli part-part untuk cadangan. 
 
Menikmati semilir angin timur pulau Jawa.
Setelah sarapan kami langsung masuk ke dalam lokasi, dan disini petualangan dimulai jalan aspal hancur hingga menyisakan kerikil lepas, jadi jalur ini sangat menantang, sekitar 12Km sampai pada Savana Bekol, tapi perjalanan ini bukan tanpa masalah, sekitar 4Km baru berjalan saya mengalami rantai lepas berkali-kali sehingga 3 motor terakhir harus berhenti untuk membetulkan kendaraan saya.

Rantai Putu di tengah perjalanan.

Disela perbaikan kawan-kawan yang di depan sebenarnya sudah sampai daerah evergreen yaitu sekitar 8 Km dari pintu masuk dan 4 Km dari tempat kami membetulkan rantai saya yang kendor.

Daerah hijau diantara gersangnya Baluran.

Evergreen adalah satu dari area Baluran yang paling subur dia antara gersangnya Taman Nasional ini. Setelah sekian lama menunggu akhirnya kawan kami yg berada di Evergreen memutuskan balik untuk melihat saya. setelah berkumpul kembali saya dan Farid memutuskan untuk kembali keluar untuk mencari bengkel tedekat untuk memperbaiki motor saya yang butuh pengelasan, dan semua rombongan masuk ke dalam Baluran, kecuali saya dan farid.

Setelah di perbaiki saya dan farid berangkat menyusul rombongan ke Savana Bekol, yang bisa disebut Afrikanya pulau Jawa. Sekitar 45 menit saya dan farid akhirnya sampai di Savana Bekol nan indah. disini saya dan farid yang terlambat masuk akhirnya langsung menuju Pantai Bama. Sambil menuju Pantai Bama kamipun juga tidak lupa narsis juga, (Untuk nambah Display Picture BBM hehehehe)

Didepan tengkorak banteng dll.


Layaknya di Depan gunung kilimanjaro di afrika.
Seekor Rusa yang melintas.

Sedikit bergaya didepan kamera.

Sekitar 3km dari Savana Bekol menuju Pantai Bama namun kali ini jalan makin terjal dan sangat berbatu lepas sehingga cukup menantang, di perjalanan kami juga dapat melihat-lihat hewan yang berkeliaran layakanya di Afrika asli.


Sekawanan Kijang.

Lutung Ekor Panjang

Sebenarnya disini banyak spesies hewan tapi juga sangat sulit untuk dilihat karena jumlahnya yang semakin sedikit yang tidak sebanding dengan luas Taman Nasional. biasanya saat senja bisa di lihat berbagai hewan seperti Merak, Ayam Hutan, Musang, Banteng dll. Rencana kami menginap di situ namun karena ke plin-planan pengelola maka kami putuskan untuk menginap di dekat Pasir Putih di Situbondo saja. Pukul 5 sore kami keluar dari Taman Nasional Baluran dan benar saya menyaksikan Merak dan hewan-hewan lain di pinggir-pinggir jalur, seperti dalam Taman Safari namun ini menggunakan Roda dua, bisa di bayangkan bagaimana serunya, namun sayang saya tidak bisa mengabadikan sebagian hewan nocturnal yang keluar saat petang, karena keterbatasan kamera dan minimnya penerangan. 

Saat sampai pada pintu masuk kami istirahat sejenak dan makan bakso, disini kami mempersiapkan untuk pulang tapi tidak lupa mencari tempat istirahat dahulu. Pada akhirnya kami menginap di sekitar Pantai Pasir Putih Situbondo untuk istirahat, dan Esoknya tepat pukul 12 siang kami melanjutkan perjalanan ke Surabaya, namun tidak lupa kami mampir ke Pantai Pasir Putih untuk sekedar berfoto dan menikmati teriknya Matahari. Setelah itu kami langsung beranjak dari Situbondo menuju Surabaya dengan sekali istirahat, dan berpisah di SPBU Candi Sidoarjo. Sekian cerita perjalanan kali ini, semoga ada perjalanan-perjalanan seru lainya .......

Salam Adventurider.



Kamis, 17 Juli 2014

Masa depan dan petualangan.

Ternyata cukup lama juga tidak menulis. hehehe

kali ini aku tak akan menulis soal ekspedisi karena memang belum melakukan perjalanan sama sekali, tapi kali ini aku akan menceritakan perjalanan pertama kali ku sehingga saya bisa menjelajah lebih jauh seperti sekarang ini. siapa tau jadi referensi kalian semua saat ingin bepergian menggunakan roda dua. Memang kepada siapa lagi kita bicara saat tidak ada sama sekali yang mendengar kita. kalo enggak ke Alam bebas, Mungkin terdengar sedikit agak lebay tapi kalo kalian coba pasti minta lagi deh hehehe.

Oke langsung saja saya bercerita, awal dari semua perjalananku adalah saat lulus SMA swasta di surabaya dan dengan istilah anak sekarang sedang galau-galaunya memilih Universitas, di satu sisi ingin membahagiakan orang tua dengan jurusan pilihanya dan di sisi lain aku ingin jurusan yang aku pilih sendiri.

Dan ternyata orang tua sudah memilihkan pilihanya untuk berjuang di salah satu Universitas swasta yang namanya lumayan terkemuka di surabaya, memang bukan pilihanku untuk masuk ke jurusan itu, tapi demi menyenangkan hati orang tua, aku mengorbankan kesungguh-sungguhanku untuk ke ahlianku untuk kesungguh-sungguhan palsu demi orang tuaku. pada saat itu juga ada salah satu teman lama ku yang lama tidak bertemu mau menginap di rumahku, dia kawan SMP ku, karena kelakuanya dia pindah sekolah berkali-kali hingga akhirnya dia harus di kembalikan lagi ke pulau kelahiranya di Bali, setelah lulus SMA dia berlibur ke Surabaya untuk menemui keluarganya. Namun ternyata dia memilih untuk menginap di rumahku, iya rumah kecilku di tengah hruk pikuk kota Surabaya. kami menghabiskan hari-hari untuk membicarakan soal masa depan, dan ternyata kawanku satu ini sudah diterima di suatu institut negeri di Bali, dan kembali atas nama masa depan dengan pemikiran 2 hari 2 malam dia memtuskan untuk memilih perguruan tinggi yang sama denganku dengan jurusan yang sama juga, saya bingung antara senang dan heran, karena apakah benar itu suara hati dari buah pemikiranya atau hanya ikut-ikutan saja, namun dia meyakinkan bahwa memang dia akan bersungguh-sungguh.

Hari terus berganti teman ku ini memutuskan untuk kembali ke Bali untuk mengambil motornya untuk transportasi perjalananya kelak dia berkuliah disini, dan kamipun memutuskan mengambil motor serta sambil berlibur, bagiku ini akan menjadi liburan yang sempurna, karena terkahir ke Bali adalah saat perpisahan waktu SMP. Yang ku ingat hari itu adalah hari selasa, kami berangkat dari Sidoarjo, dari rumah kawanku ini.
Dengan menggunakan bemo kuning kami menuju terminal Bungurasih. sesampainya di Bungurasih sambil menunggu Bus yang akan kami tumpangi, kami ngopi dulu di salah satu warkop di terminal, perbincangan terjadi disini ada perbincangan yang sulit saya jawab waktu itu, yaitu mendeskripsikan kelak jadi apa jika aku masuk jurusan pilihan orangtua aku ini, karena memang kami bukan pemuda pintar, kami hanya seorang pemimpi yang hanya akan melanjutkan mimpinya.

Tak lama kemudian kami berangkat menuju bus, dengan tawar menawar yang cukup alot akhirnya kami mendapatkan harga terbaik untuk naik bus. kami memang waktu itu seorang backpacker yang benar-benar pas-pasan. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore artinya bus akan di berangkatkan, nah dari sinilah perjalanan dimulai, 11 jam kami dalam bis, tepat pukul 6 pagi waktu setempat kami sampai di terminal Ubung, Denpasar. dan bapak dari kawan saya ini sudah menjemput di terminal.
Karena hanya bawa satu motor kawan saya ikut bapaknya untuk mengambil motor lagi, dan tak lama kemudian teman saya kembali dengan motornya yang akan nanti di bawa kembali di Surabaya.

Wow motornya adalah motor keren pada masa itu sekitar tahun 2010 yaitu Suzuki Satria FU, aku senang sekali pada waktu itu karena akan mengeksplore Pulau Dewata lebih luas, dan pada saat itu kami memutuskan untuk muter-muter kota Denpasar, tanpa memikirkan rasa capek dan penat.

tak terasa kami sudah hampir 4 jam muter-muter kota Denpasar yang pada akhirnya kami memutuskan untuk istirahat, yg berupa kos-kosan bapak dari kawanku ini, yang lokasinya tidak jauh dari pantai Kuta. Matahari hampir terbenam kami memutuskan untuk ke Pantai Kuta untuk cuci mata dan sekedar melihat Matahari terbenam.


Pantai Kuta 
Hampir setiap sore kami ke Pantai Kuta hanya sekedar minum kopi dan menikmati Matahari tenggelam. Waktu semakin berlalu tapi uang semakin menipis pada akhirnya kami memutuskan untuk ke sebuah Desa di lereng Gunung Agung yang adalah rumah saudara kawanku ini untuk nebeng soal perut. kami berangkat dari Denpasar menggunakan Satria FU, rute kami adalah adalah Denpasar-Gianyar-Klungkung-Ubud-Bukit jambul-Lokasi. Disini masih termasuk kabupaten Karangasem kecamatan Amlapura. perjalanan menuju kesana sangat indah, sangat asri dan menghilangkan penat, sepertinya akan asik jika bermimpi disini. Dengan kecepatan standar kami menikmati setiap meter roda kami menapak aspal. pemandangan yang keren sekali ini membuatku bersyukur masih bisa melihat, merasakan dan menikmati alam yang seindah ini.


Bukit Jambul Bali. (PERHATIAN JANGAN MELIHAT MODELNYA)
Semua bisa dilihat disini, mau lihat hamparan sawah yang hijau dari atas gunung? ada. Mau liat lebih jauh? kita bisa melihat laut? juga ada, mau lihat bule pake bikini? ada, tapi kumisan.....(enggak-enggak cuman bercanda). inilah perjalanan pertama saya yang biasa disebut orang awam touring, karena sebelum-sebelumnya kami hanya melakukan perjalanan yang gak lebih 100 Km dan keindahan itu-itu saja, maka kami menganggap ini sangat amazing. kemudian tak sampai satu jam kami telah sampai di rumah kawan ku ini, sambutan baik keluarganya menggambarkan keramahan Bali, jauh dari hingar bingar kota Denpasar, layaknya Desa-desa di Indonesia, sepi namun asri dan benar-benar memberikan ketenangan, namun yang namanya Bali, mereka masih menjaga kebudayaanya. layaknya sebuah film dengan backsoundnya, saat sore kita bisa mendengarkan lantunan gamelan bali mengiringi sebuah obrolan. menurut saya disni adalah benar-benar Bali.
Waktu semakin sore kamipun memutuskan mandi ke sungai, yang katanya orang sana adalah sangat bagus untuk kesehatan, karena pertemuan tiga sungai menyatu mengalir di sungai tersebut.


Jalan menuju sungai.
Melewati pematang sawah sebagai akses utama menuju sungai tersebut, hati saya was-was karena memarkir motor seenaknya di pinggir jalan, pikiran saya hanya takut hilang. Tapi teman saya meyainkan bahwa Bali adalah pulau yang aman. dan kamipun melanjutkan perjalanan ke sungai.

Sungainya 
Benar-benar bening dan Asli, jarang sekali terjamah manusia selain warga sini yang sangat dikit sekali. benar-benar sepert ethnic run away. hehehe
setelah itu kamipun bercengkrama di hotel atau bisa di bilang INN milik kakek kawanku ini, di sebuah gazebo yang bener-bener suasananya tenang banget dengan tidak lupa backsound Gamelan Bali.
Tak terasa sudah hampir satu minggu kami Desa itu, dan kami memutuskan kembali ke Denpasar untuk mempersiapkan kembali ke Surabaya.
Sampai Denpasar kami melakukan aktifitas seperti biasanya. sore hari kita menghabiskan waktu di pantai Kuta untuk menikmati segelas Kopi dan Sebatang Rokok sambil melihat senja di antara bule-bule pake bikini.... (Kali ini gak kumisan).


Senja di pantai Kuta.

Bersamaan dengan tenggelamnya Matahari maka berakhirlah sudah liburan kali ini, kamipun menghabiskan malam di legian dengan minuman khas dari bali, yaitu arak bali.
Groundzero Legian Bali.
Esoknya kami packing dan menikmati sore di Sanur untuk menikmati hari terakhir di Pulau Dewata dan memikirkan jalur esok hari yang belum tentu kita tahu jalan pulang. Hari akan pulang telah tiba kita menggunakan Satria FU untuk kembali ke Surabaya, sebelum pulang motor kawanku di kasih tirta (memberikan cipratan air dengan do'a) dan kamipun berangkat dari Denpasar tepat pukul 8 WITA, mau tidak mau kami harus menikmati perjalanan kami, karena ini memang misinya ambil motor. Dari sini lah jiwa petualangku terbentuk, melalui sebuah perjalanan singkat namun berarti dan bernilai. Terpaksa pake motor sih, tapi disini aku ngrt asiknya menjlajahi menggunakan roda dua, kita bisa melihat dan mengeksplorasi sekitar lebih banyak, dengan melihat lebih banyak dan berbuat lebih banyak. Perjalanan menggunakan motor dari Denpasar ke Surabaya adalah tonggak sejarah mengapa saya memilih roda dua sebagai media untuk mengeksplorasi indonesia ini.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH.

Selasa, 06 Mei 2014

Ekspedisi Pulau Garam (Madura)

Salam adventurider.

Ternyata sudah lama penulis tidak menemukan rute baru dalam ekspedisnya, tapi kemarin minggu, tanggal 4 mei 2014 penulis mencoba rute yg belum pernah di lewati menggunakan sepede motor, nah pada kesempatan ini penulis mengajak teman-teman dari luar surabaya untuk mengikuti ekspedisi ini, yaitu Ekspedisi pulau Garam atau Madura, disini sebenarnya kawan penulis ingin ke Bromo melalui jalur tosari yang masuk dari Pasuruan, namun penulis ingin jalur yang berbeda, kali ini penulis ingin merasakan suasan budaya maupun alam dari pulau Madura.

Cerita ini dimulai pada pukul 07.00 waktu indonesia rumah penulis, setelah tidur dan sarapan maka kami berangkat menuju pulau Garam. Kami berangakat berempat menggunakan 4 motor Serigala dari Hindustan.


Izal, Saya, Ari dan Bakoel.
Kami masuk ke pulau Madura melalui jembatan Suramadu dengan membayar toll Rp, 3000,- per-motor kami langsung Menuju ke Kota Bangkalan, dengan diarahkan GPS (Global Positioning System) menuju ke daerah bernama Ketapang, maka kami melewati bagian utara dari pulau Madura. setelah 30 menit berjalan dan setelah melewati Kota Bangkalan kami berhenti sejenak di dekat SPBU untuk sekedar membersihkan muka dan menghisap sebatang rokok.
Disini kita kesulitan sekali untuk mencari minimarket untuk membeli air, jangankan minimarket mungkin untuk mencari kios saja harus menunggu masuk ke Pasar dahulu untuk Kawasan utara Madura ini.
Jalan yang kami lewati pun tak selalu mulus, untuk ukran jalan utama di pulau Madura jalan disini sangat rusak dan berlubang, kontras sekali dengan wilayah selatan pulau Madura, yang kini menjadi jalan yang sangat bagus dan lebar. maka sesampai pasar kita memutuskan untuk mencari mini market dan membeli air minum, karena saat itu sangat panas dan gersang sekali. dan setelah minum dan bercengkrama baru sadar bahwa baut spion kendur karena jalan yang hancur tadi. Maka penulis berhenti sejenak dan membetulkan baut holder spion yang kendur tersebut.

Utak-atik yang kendor.
Setelah semua beres kami melanjutkan perjalanan untuk menjelajah pantai madura. sekitar 15 Km kami menemukan pemandangan yang cukup bagus dan tepat di pinggir jalan, maka narsisme dalam tubuh rider muncul, dan menghentikan perjalanan sejenak untuk berfoto.


Serigala yang sedang berjemur.


disini kami lebih banyak foto dengan kamera Izalz salah satu rider dari ekspedisi ini, walaupun panas kami tetap semangat dalam mengambil gambar, mungkin karena rasa narsis yang berlebihan hehehe....



Kepanasan tapi tetep narsis.
Kami berdua ex. ekspedisi jawa tengah menyempatkan diri foto narsis ala rider petualang yang menggunakan kata-kata motivasi untuk meraih mimpi.

Semoga Pasangan kami tidak cemburu melihat ini. hehehe.
Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan yang tidak sampai 1km kami menemukan jalan tanpa aspal yang menjorok ke laut, kami mengira jalan itu akan tembus jalan aspal kembali namun ternyata jalan itu berujung di laut, alias buntu. Maka kami kembali berfoto ria dia jalan berbatu kapur tersebut, karena kita merasa di ujung bumi yang dekat dengan 0 Mdpl.


Jalan yang berujung langsung ke laut.
Disini rasa narsis muncul kembali, maka disini kami menghabiskan waktu untuk banyak berfoto disini. 

Mungkin kendaraan ini didesain amfibi, tapi tidak untuk Ridernya.heheh
dan satu foto lagi untuk ex. ekspedisi jawa tengah, yang mungkin akan membuat pembaca tercengang. hehehe.
Jalan yang berujung langsung ke laut.
nah dari sini melanjutkan perjalanan untuk mencapai Ketapang Timur yaitu pantai toroan, yag kurang sekitar 40km lagi, memang 40km bukan hal yg jauh. tapi medan yang sangat terjal dan rusak serta panas yang sangat menyengat membuat kami sangat lelah. Dan tidak berselang lama kami sampai Desa Ketapang, yang masih bagian Kabupaten Sampang Madura, kurang 10Km lagi batrei handphone yang digunakan fungsinya sebagai GPS hampir habis. maka kami semakin menambah kecepatan untuk sampai pada Pantai Toroan Madura, sampai pada akhirnya kami di lewatkan GPS belok ke rumah warga yang kami kira jalan umum namun memang jalan Desa kami tidak mencurigai jalan setapak itu.

Jalan menuju rumah warga yang kami kira menuju pantai toroan.
disini kami kaget ternyata kami masuk ke halaman salah satu warga, dan kami bertanya tentang Pantai Toroan Madura yang katanya sudah tidak jauh lagi, jalan setapak memang tidak panjang hanya sekitar 200m tapi naik turun dan tanah yang miring menguji adrenalin kami. Karena kehabisan tenaga kai memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati semilir angin pantai di bawah pohon. 

Setelah membantu Ari yang kesulitan naik di jalan setapak.

kami istirahat cukup lama, sekitar 2 batang rokok surya. (ukuran waktu perokok) setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Ketapang timur dimana pemandangan yang sangat indah di situ. Selatan jalan kita akan melihat perbukitan kapur dan kiri jalan kita akan melihat pantai, karena panas yang menyengat kami memutuskan untuk menginap di hotel berbintang sepuluh wilayah sekitar sambil menikmati Es kelapa muda.

Hotel mahal seharga Rp,0,- 

Naah di Hotel itu kami istirahat dimana kami belajar kesederhanaan, memang hobi kami mahal tapi harus tetap sederhana kan? Suatu pelajaran hidup yang tidak diajarkan disekolah, dimana pengalaman dan Alam sebagai gurunya dan kehidupan sebagai mata pelajaranya.

Bangun tidur selfie dulu. hehe

disini kami memutuskan kembali ke Surabaya, karena waktu yang mepet dengan kesibukan masing-masing rider. maka kami memutuskan untuk membelah bukit untuk menuju selatan Madura yang nantinya akan sampai pada Kota Sampang, 40km kami membelah bukit dengan jalan yang cukup terjal dan rusak maka sampailah Kota Sampang dimana jalan yang sudah di aspal baru, sehingga membuat kami lega. hehehe


Empat rider tampan pelaku ekspedisi.

Sesampai Kota Sampang kita mengambil arah kembali ke Bangkalan untuk kembali ke Suramadu, sekitar satu jam perjalanan telah sampai kita di gerbang toll Suramadu, di iringi Senja yang sangat indah.


Sekitar Gerbang toll Suramadu sisi Madura.

Berhenti sejenak untuk menikmati pergantian siang ke malam, dan menandakan ekspedisi ini akan berakhir. dan banyak hal yang bisa di pelajari disini yang kemudian hari dapat berguna bagi kehidupan. Sampai disini ekspedisi kali ini, sampai jumpa di ekspedisi berikutnya......

Salam Adventurider.....








Kamis, 03 April 2014

Ekspedisi Jawa tengah

Salam Adventurider....!!!

Jum'at, 28 Maret 2014 malam. kami berangkat melakukan ekspedisi ke jawa tengah. Malam itu cuaca cerah seperti biasanya, dan pukul 21.00 pun kami berangkat ke daerah sepanjang, sidoarjo. Untuk ngopi sejenak untuk membicarakan rute. Setelah itu tanpa disangka yang tadinya cuaca cerah akhirnya berubah menjadi hujan gerimis dan kemudian hujan deras. Disini terjadi pilihan melanjutkan ekspedisi hari itu atau menunda ekspedisi. Jam pun telah menunjukkan pukul 22.00 hujan semakin deras, seolah akan mengurungkan perjalanan kami. Namun pada pukul 22.24 hujan mulai reda maka kami memutuskan untuk menjalankan ekspedisi ini. Start dari sepanjang sidoarjo kami langsung menuju kota Madiun untuk bertemu kawan Adventurider.
Start dari Sepanjang Sidoarjo.
Kami sampai madiun pukul 02.30 dan langsung menuju rumah kawan adventurider menggunakan bantuan GPS, dan tidak sampai 15 menit kita sudah sampai. Pada pukul 02.40 kita menelpon dan menunggu sahabat kami untuk keluar. Satu jam berlalu bersama hembusan nikotin yang terdapat pada kretek kami. Dan kamipun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Tawangmangu melalui akses ke sarangan, Magetan. dan pukul 04.30 kami sampai pada warung sekitar Tawangmangu, kami sempat di bingungkan oleh warung-warung yang sudah tutup, dan untung saja ada satu yang buka dan kamipun istirahat sejenak sambil memesan mie rebus dan teh hangat, di sinilah kami istirahat untuk istirahat dalam arti yang sebenarnya yaitu tidur, Sahabat adventurider sudah terlelap terbawa suasana dinginya Cemoro Kandang, namun penulis merasakan dingin yang luar biasa sehingga penulis sangat sulit untuk memejamkan mata, hanya kretek filter yang menemani sampai matahari menyongsong ke sela-sela pemandangan pegunungan.
Pemandangan pada warung daerah Cemoro Kandang, Tawangmangu.
Tepat pukul 06.30 kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Dieng Wonosobo, belum 5 menit berjalan kami menemukan relief alam yang sangat istimewa. Ciptaan Tuhan yang patut disyukuri bahwasanya hidup Tuhan menyiapkan atau memfasilitasi hambanya dengan Alam yang indah ini dan ini hanya ada di Indonesia, Tanah yang subur dan beragam budaya yang ada. Ini bagaikan pecahan kecil dari surga.
Betapa senangnya kami, penulis dan sahabat melakukan ekspedisi yang di tunggu-tunggu, dan ini baru separuh jalan Tuhan telah menunjukkan ciptaan agungnya. 
Berhenti sejenak untuk menikmati ciptaanNya
Merasa puas maka kami melanjutkan perjalanan ke barat atau ekspedisi jawa tengah untuk tujuan Dieng, Wonosobo, kami menuju solo untuk mencari jalan tembus untuk ke magelang, dan GPS kami pun menunjukkan arah ke arah lereng antara Gunung Merapi dan Merbabu, sehingga menambah rasa penasaran kami seperti apa jalan yang akan kami lewati, akankah semakin indah ataukah mencekam, dan setelah lepas dari Tawangamngu kita tiba di jalan Solo-Jogja, kamipun langsung mengambil arah ke magelang yang melewati kota boyolali, kami berpikir bahwasanya jalur ini pendek naumn ternyata jalur ini sangat panjang.
kami melewati pemandangan yang sangat indah, dan ini suguhan kedua dari ekspedisi ini, antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi. 

Lereng Antara Merapi dan Merbabu
Disini kami istirahat cukup lama di karenakan baut knalpo mulai kendor, dan sahabat penulis segera memperbaikinya sambil menunggu mesin dingin, mungkin kejadian ini kami dituntut untuk lebih bersabar untuk mencapai tujuan karena setiap masalah tidak selalu ada yang membantu dalam posisi seperti ini, di tengah hutan, hanya ada penduduk yang lalu lalang dan itupun sangat jarang sekali. Jadi kami di tuntut untuk menyelesaikan masalah ini sendiri.

Masih di tempat yang sama menanti mesin dingin.
Setelah mengencangkan baut knlapot kami melanjutkan perjalanan, dari sini ujian dimulai, rasa capek dan lesu mulai menyerang karena penulis belum tidur sama sekali, dan panas matahari sangat menyengat menembus jaket kami, jalanan banyak juga yang berlubang sehingga mengharuskan konsentrasi lebih fokus lagi disisa-sisa tenaga kami. Akhirnya kami menemukan sebuah pasar di jalur pegunungan yang panjang itu, dan kami memutuskan untuk mengisi perut yang sudah lapar, agar tenaga kembali seperti semula. setelah makan kami memplajari ulang rute yang di tunjukkan oleh GPS, dan menurut GPS benar bahwa jalan ini akan menuju Magelang. untuk memastikannya kami menanyakan pada warga setempat, dan benar tinggal beberapa kilometer akan sampai kota Magelang. Maka kami melanjutkan perjalanan ke arah Magelang, namun tak di duga ternyata jalanan yang tinggal beberapa kilometer lagi ternyata mempunyai jalan yang sangat buruk dan tidak disangka jalur yang kami lewati memang jalur evakuasi Gunung Merapi. kiri jalan adalah jalur Lahar dingin dari merapi. Singkat cerita telah sampai kita di kota Magelang dan berpikir bahwa jalur semakin dekat, namun ternyata perjalanan masi jauh, kita harus menuju Kota Temanggung. dan perjalanan memakan waktu 90 menit untuk sampai Kota Temanggung saja, dan disini ternyata mulai gerimis disini kami mulai putus asa, kemanakah kita akan pergi? Apakah Dieng, Wonosobo sejauh ini?, akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Wonosobo, dimana kanan adalah Gunung Sindhoro dan kiri kita bisa melihat ada Gunung Sumbing, perjalanan di teruskan ke kota Wonosobo dan terus naik kearah Dieng, dimana kami di tuntut untuk bertahan di tanjakkan yang luar biasa lamanya.

Tak lama kemudian kami sampai pada pintu loket masuk retribusi wisata ke arah kompleks Wisata Dieng, dan 14 kilometer lagi kita akan sampai pada komplek Wisata, namun selama perjalanan antara 14 kilometer tersebut kami di suguhkan dengan relief alami bentukan yang Maha Kuasa, dari sini kita dapat memandang jauh ke bawah, dari sini kita dapat melihat betapa tingginya Gunung ini jika kita melihat kebawah, dan pertanda bahwa betapa kecilnya kita dihadapan Sang pencipta. 

Sekian waktu berselang telah sampailah kita ke pintu masuk kawasan Dieng Plateu, 
Dieng Plateu Gate.

Rasa puas dan senang atas jerih payah sepanjang sekitar 500 kilometer sepertinya terbayar sudah, sepanjang perjalanan ini saja keindahan negeri ini seperti tidak ada habisnya, ekspedisi ini hanya seper seribu dari seluruh kekayaan indonesia, maka banggalah pada negeri yang kaya ini. Akhirnya kami menuju pertigaan pintu kompleks kawasan wisata ini, begitu banyak tempat yang tak sempat kami jelajahi, karena minimnya waktu yang penulis dan sahabat punya, maka kami hanya berfoto sejenak untuk merasakan kepuasan tersendiri, dan nikmat tersendiri dan hanya kami yang bisa merasakan.
Pintu Masuk Dieng Plateu.


Setelah berputar-putar, kami memutuskan untuk menginap di kota jogjakarta, tapi sebelum itu kami memutuskan untuk berfoto dahulu.
Dieng view, disini kita dapat melihat jauh ke bawah Gunung ini.

Melihat dari Sudut pandang passanger.



Sahabat penulis
Negeri seribu keindahan.
Jam semakin larut malam, dan kamipun turun untuk mencari penginapan di Jogja, sekitar pukul lima sore kami memutuskan untuk ke Jogja melalui jalur menuju kota Purworejo. melalui medan hutan dan jurang yang curam, setelah satujam berjalan kami bertemu sahabat biker dari jasa marga, dan kami mengikutinya dan ternyata mereka ke arah semarang dan kami harus memutar arah kembali ke arah Purworejo. Setelah kembali ke Purworejo kami di hadapkan plang jalan yang membingungkan yaitu mengarahkan kami ke jogja arah Magelang, dan selama 4 jam kami berputar-putar di tengah hutan hingga merasa letih. Akhirnya Sabtu pukul 9 malam tepat kita sampai pada jogjakarta, dan kita makan di Angkringan sekitar, setelah merasa kenyang kami mencari penginapan. Namun pada waktu itu pada libur panjang dan Hotel kelas Backpacker sudah penuh semuanya, dan kebetulan ada kawan adventure lagi disana maka di kondisikanlah kami selama semalam di penginapanya, maka sore pukul 4 kami melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya dan kami mampir dulu ke sahabat adventure yang ada di Madiun yang saat berangkat kami tak berhasil menemuinya dan kami sampai madiun pukul 11 malam. dan kami memutuskan untuk menginap di rumah sahabat kami, senin pagi kami akan melanjutkan perjalanan, namun kampas rem mulai habis dan menggantinya di bengkel eks mekanik pulsar di Madiun, dan selesai jam 12 siang, dan kamipun melanjutkan perjalanan ke arah caruban untuk menemui sahabat kami yang lainya, untuk sekedar minum kopi sejenak, tepat pada pukul 3 sore kami melanjutkan ke arah surabaya, dan kami sampai surabaya pada pukul 7 malam dengan zero accident. Ekspedisi ini mungkin adalah hal yang biasa bagi sebagian orang, namun bagi kami berdua (penulis dan sahabat penulis) adalah perjalanan penuh makna, dimana kami dapat belajar hidup dari sebuah perjalanan, dan perjalanan tak akan berakhir sampai mati, dan ekspedisi ini menjadi bagian dan kenangan dalam hidup kami. bahwasanya alam negeri ini memang pantas untuk di jelajahi.

Salam Adventurider.....!!!